{"title":"DETERMINAN KULTURAL DAN STRUKTURAL DALAM KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (BHISA/SANDO) DI KABUPATEN WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA","authors":"L. R. Pasaribu, Lely Indrawati","doi":"10.22435/kespro.v12i1.4013","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract \n \nBackground: Births assisted by skilled health personnel in health facilities is the prevention of maternal mortality. Wakatobi District has a low coverage of birth attendance by skilled health personnel, and the community has a powerful culture in all aspects of life, including visiting traditional birth attendants known as Bhisa/Sando in caring for women from pregnant to childbirth. \nObjective: To identify the cultural and structural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives in maternal and child health services (MCH). \nMethods: This study used an operational research design with a qualitative approach. A total of 68 informants were involved in focus group discussions, in-depth interviews, and participatory observations. Thematic analysis was used in processing all information. \nResults: Cultural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives were hereditary traditions and a powerful belief in Bhisa/Shando's ability to take care for pregnant women, labor women, postpartum women, and newborns. Meanwhile, structural determinants included inadequate facilities and health personnel for MCH services and suboptimal supports from related parties. These results may cause the partnership between Bhisa/Shando and midwives will not be optimal. \nConclusion: Cultural and structural factors have a strong influence in realizing the partnership between Bhisa/Sando and midwives. The involvement of Bhisa/Sando in MCH services conducted by midwives, adequate MCH service infrastructure, and support from community leaders, cadres, and related agencies is essential to be carried out to improve Bhisa/Sando's partnership with midwives in improving MCH services. \n \nKeywords: Bhisa/Shando, partnership of midwives and traditional birth attendants, maternal and child health \n \nAbstrak \n \nLatar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk mencegah kematian ibu. Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah, dan masyarakatnya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin. \nTujuan: Mengidentifikasi determinan kultural dan struktural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). \nMetode: Studi ini menggunakan desain riset operasional dengan pendekatan kualitatif. Total 68 informan terlibat dalam diskusi grup terarah, wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Analisis tematik digunakan dalam mengolah seluruh informasi. \nHasil: Determinan kultural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yaitu tradisi turun temurun dan kepercayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sedangkan determinan struktural meliputi fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan belum optimal. \nKesimpulan: faktor kulturan dan struktural berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara Bhisa/Sando dengan bidan. Keterlibatan Bhisa/Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan, infrastruktur pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instansi terkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan Bhisa/Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA. \nKesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas \n \nKata kunci: Bhisa/Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak","PeriodicalId":103177,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Reproduksi","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kesehatan Reproduksi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/kespro.v12i1.4013","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract
Background: Births assisted by skilled health personnel in health facilities is the prevention of maternal mortality. Wakatobi District has a low coverage of birth attendance by skilled health personnel, and the community has a powerful culture in all aspects of life, including visiting traditional birth attendants known as Bhisa/Sando in caring for women from pregnant to childbirth.
Objective: To identify the cultural and structural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives in maternal and child health services (MCH).
Methods: This study used an operational research design with a qualitative approach. A total of 68 informants were involved in focus group discussions, in-depth interviews, and participatory observations. Thematic analysis was used in processing all information.
Results: Cultural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives were hereditary traditions and a powerful belief in Bhisa/Shando's ability to take care for pregnant women, labor women, postpartum women, and newborns. Meanwhile, structural determinants included inadequate facilities and health personnel for MCH services and suboptimal supports from related parties. These results may cause the partnership between Bhisa/Shando and midwives will not be optimal.
Conclusion: Cultural and structural factors have a strong influence in realizing the partnership between Bhisa/Sando and midwives. The involvement of Bhisa/Sando in MCH services conducted by midwives, adequate MCH service infrastructure, and support from community leaders, cadres, and related agencies is essential to be carried out to improve Bhisa/Sando's partnership with midwives in improving MCH services.
Keywords: Bhisa/Shando, partnership of midwives and traditional birth attendants, maternal and child health
Abstrak
Latar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk mencegah kematian ibu. Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah, dan masyarakatnya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin.
Tujuan: Mengidentifikasi determinan kultural dan struktural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).
Metode: Studi ini menggunakan desain riset operasional dengan pendekatan kualitatif. Total 68 informan terlibat dalam diskusi grup terarah, wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Analisis tematik digunakan dalam mengolah seluruh informasi.
Hasil: Determinan kultural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yaitu tradisi turun temurun dan kepercayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sedangkan determinan struktural meliputi fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan belum optimal.
Kesimpulan: faktor kulturan dan struktural berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara Bhisa/Sando dengan bidan. Keterlibatan Bhisa/Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan, infrastruktur pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instansi terkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan Bhisa/Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA.
Kesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas
Kata kunci: Bhisa/Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak
背景:在卫生设施中由熟练的卫生人员辅助分娩是预防孕产妇死亡的一种方法。瓦卡托比区由熟练保健人员接生的覆盖率很低,社区在生活的各个方面都有强大的文化,包括拜访被称为Bhisa/Sando的传统助产士,照顾妇女从怀孕到分娩。目的:确定影响Bhisa/Shando和助产士在妇幼保健服务(MCH)中的伙伴关系的文化和结构决定因素。方法:本研究采用定性研究的运筹学设计。共有68名举报人参与了焦点小组讨论、深入访谈和参与性观察。所有资料的处理均采用专题分析。结果:影响Bhisa/Shando和助产士之间合作关系的文化决定因素是遗传传统和对Bhisa/Shando照顾孕妇、分娩妇女、产后妇女和新生儿的能力的强烈信念。与此同时,结构性决定因素包括妇幼保健服务设施和保健人员不足以及相关方提供的支助不够理想。这些结果可能导致Bhisa/Shando和助产士之间的伙伴关系不是最佳的。结论:文化和结构因素对bisa /Sando与助产士合作的实现有重要影响。为了改善Bhisa/Sando与助产士在改善妇幼保健服务方面的伙伴关系,必须让bisa /Sando参与助产士提供的妇幼保健服务,建立适当的妇幼保健服务基础设施,并获得社区领导人、干部和相关机构的支持。关键词:Bhisa/Shando,助产士与传统助产士的合作,妇幼保健。摘要:Latar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk menegah kematian ibu。Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh kesehatan yang rendah, dan masyarakatya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspepek hidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin。[图集][中文]:文化与结构的鉴别与确定[中文][中文]方法:对蒙古那坎地区的设计、运营、管理和质量进行研究。共有68名情报人员参加了小组讨论,小组讨论,小组讨论,小组讨论,小组讨论。云南枸杞药用价值分析。Hasil:决定性文化yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yitu tradisi turun temurun dan keperayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir。Sedangkan确定的结构melpuputi - fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum最优。Hal ini menyebabkan kemitraan antara bisa /Shando dengan bidan belum optimal。kespulan:文化因素和结构berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara bisa /Sando dengan bidan。Keterlibatan bisa /Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan,基础设施pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instanterkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan bisa /Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA。kespulpan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas相对于sama dengan kecenderungan lebih rendah pada Kualitas hidup ibu nifas Kata kunci: bisa /Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak