{"title":"SASTRA LISAN MENOLAK MATI: CERITA DAN PANTUN ISLAMI SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI PUNGGUR, PONTIANAK","authors":"Saripaini Saripaini","doi":"10.18592/msr.v1i1.3268","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Nowadays, television and gadget are so dominant in public and private places. The culture of watching TV and smart phones sidelines the tradition of listening to storytelling. But oral literature is not extinct with the advancement of communication and information technology. The case that this author found in Punggur Village, Pontianak, showed that oral literature, specifically, the religious genre, survived despite the bombardment of various entertainments broadcasted through electronic and digital media. Religious instructors in the village deliver moral messages to children learning al-Qur’an recitation through poems and stories. In fact, the method of storytelling has its own attraction in fostering children's interests to learn about religion. Abstrak: Dewasa ini, kehadiran televisi dan gawai begitu dominan di ruang publik dan privat. Budaya menonton TV dan ponsel pintar menggeser tradisi mendengarkan penuturan cerita secara lisan. Namun sastra lisan tidak punah diterjang perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kasus yang penulis temukan di Desa Punggur, Pontianak, menunjukan bahwa sastra lisan, spesifiknya, yang bergenre agama, bertahan di tengah gempuran tontonan dan hiburan yang disiarkan melalui media elektronik dan digital. Di sana, guru-guru agama menyampaikan pesan moral kepada anak-anak yang belajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan pantun dan cerita. Metode bercerita memiliki daya tarik tersendiri dalam menumbuhkan minat anak-anak untuk belajar agama.","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18592/msr.v1i1.3268","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract: Nowadays, television and gadget are so dominant in public and private places. The culture of watching TV and smart phones sidelines the tradition of listening to storytelling. But oral literature is not extinct with the advancement of communication and information technology. The case that this author found in Punggur Village, Pontianak, showed that oral literature, specifically, the religious genre, survived despite the bombardment of various entertainments broadcasted through electronic and digital media. Religious instructors in the village deliver moral messages to children learning al-Qur’an recitation through poems and stories. In fact, the method of storytelling has its own attraction in fostering children's interests to learn about religion. Abstrak: Dewasa ini, kehadiran televisi dan gawai begitu dominan di ruang publik dan privat. Budaya menonton TV dan ponsel pintar menggeser tradisi mendengarkan penuturan cerita secara lisan. Namun sastra lisan tidak punah diterjang perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kasus yang penulis temukan di Desa Punggur, Pontianak, menunjukan bahwa sastra lisan, spesifiknya, yang bergenre agama, bertahan di tengah gempuran tontonan dan hiburan yang disiarkan melalui media elektronik dan digital. Di sana, guru-guru agama menyampaikan pesan moral kepada anak-anak yang belajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan pantun dan cerita. Metode bercerita memiliki daya tarik tersendiri dalam menumbuhkan minat anak-anak untuk belajar agama.
摘要:如今,电视和电子产品在公共场所和私人场所都占据了主导地位。看电视和智能手机的文化排挤了听故事的传统。但是口头文学并没有随着传播和信息技术的进步而消失。作者在Pontianak Punggur村发现的案例表明,尽管通过电子和数字媒体播放的各种娱乐节目受到轰炸,口头文学,特别是宗教文学,仍然幸存下来。村子里的宗教导师通过诗歌和故事向学习背诵古兰经的孩子们传递道德信息。事实上,讲故事的方法在培养孩子学习宗教的兴趣方面有其自身的吸引力。[摘要]社会主义、社会主义、社会主义、社会主义是社会主义、社会主义和社会主义的统一。Budaya menonton TV和ponsel pintar menggeser tradisi mendengarkan penuturan cerita secarisan。Namun sastra lisan tidak puna diterjang perkembangan技术,komunikasi和informasi。Kasus yang penulis temukan di Desa Punggur, Pontianak, menunjukan bahwa sastra lisan, spitfiknya, yang bergenre agama, bertahan di tengah gempuran tontonan, hiburan yang disiarkan melalui media electronicik dan digital。迪萨那,古鲁-古鲁阿迦玛·孟山巴肯,道德大师,古兰经大师,孟山巴肯,古兰经大师,古兰经大师,古兰经大师,古兰经大师。这是一种新的记忆方式,它是一种新的记忆方式,一种新的记忆方式。